Sejarah Pengembangan

Menurut Djojonegoro (1998) menjelaskan karakteristik pendidikan kejuruan meliputi: 1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja, 2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas “demand-driven” (kebutuhan dunia kerja), 3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja, 4) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan, 5) Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi, 6) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” dan “hands-on experience”, 7) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik, 8) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum.

Sebagai sekolah kejuruan SMK Negeri 7 Samarinda yang menjadi wadah untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi peserta didik maka model pendidikan yang diterapkan di sekolah ini adalah sebagai berikut: 

  1. Model Sekolah
    Pada model ini pembelajaran dilaksanakan sepenuhnya di sekolah. Model ini berasumsi bahwa segala hal yang terjadi di tempat kerja dapat diajarkan di sekolah dan semua sumber belajar ada di sekolah. SMK Negeri 7 Samarinda menyiapkan ruang praktik/laboratorium komputer beserta alat yang digunakan DUDIKA agar memberikan simulasi awal kepada peserta didik dengan kebutuhan dunia industri.
  2. Model Magang
    Pada model ini pembelajaran dasar-dasar kejuruan dilaksanakan di sekolah dan inti kejuruannya diajarkan di industri melalui sistem magang. Model ini banyak diadopsi di Amerika Serikat. Model pembelajaran ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan pendidik yang mengampu mata pelajaran kejuruan serta peserta didik yang berkompeten dan memiliki keterampilan lebih dibandingkan peserta didik lainnya untuk membantu DUDIKA yang memerlukan tambahan karyawan di masa-masa sibuk atau padatnya pekerjaan di DUDIKA.
  3. Model Sistem Ganda
    Model ini merupakan kombinasai pemberian pengalaman belajar di sekolah dan pengalaman kerja di dunia usaha. Dalam sistem ini sistem pembelajaran tersistem dan terpadu dengan praktik kerja di dunia usaha/industri. Model pembelajaran ini dikenal dengan istilah PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang akan diselenggarakan pada semester 2 di kelas XII.
  4. Model School-based Enterprise
    Model ini di Indonesia dikenal dengan unit produksi. Model ini pada dasarnya adalah mengembangkan dunia usaha di sekolah dengan maksud selain untuk menambah penghasilan sekolah, juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada siswanya. Model ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan sekolah kepada industri. Model pembelajaran ini wujud dalam Teaching Factory yang diterapkan oleh SMK Negeri 7 Samarinda.

Mayoritas kecenderungan peserta didik SMK Negeri 7 Samarinda memilih sekolah di SMK Negeri 7 Samarinda adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai perkembangan dunia Teknologi Informasi sehingga mereka lebih memiliki perhatian lebih terhadap mata pelajaran kejuruan daripada mata pelajaran umum. Hal ini kemungkinan terjadi di SMK lain di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri SMK Negeri 7 Samarinda saat ini menjadi sekolah vokasi yang paling diminati oleh masyarakat Samarinda dengan segala prestasi yang berhasil diraih oleh peserta didik maupun guru baik di tingkat lokal maupun nasional. Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pun menghasilkan angka pendaftar yang cukup signifikan dari rentang angka 500—700 pendaftar untuk memenuhi kuota 288 peserta didik untuk 8 rombongan belajar yang disebar ke dalam 3 kompetensi keahlian.

Keadaan demografi penduduk yang heterogen. Kota Samarinda dihuni berbagai macam suku bangsa. Bangsa terbesar yaitu suku Jawa (36.70%), disusul Banjar (24.14%), Bugis (14.43%), Kutai (6.26%) dan Buton (2.13%). Kemudian ada juga suku bangsa lainnya yaitu Dayak, Toraja, Minahasa, Batak, Tionghoa, Sunda, Madura, Mandar, Makassar, Minangkabau, dan lain-lain.

Alam yang memanjakan masyarakat Kalimantan Timur, berimbas pula pada karakter peserta didik di SMK Negeri 7 Samarinda yang memiliki karakter negatif yang kurang disiplin, konsumtif, boros, dan acuh tak acuh. Namun, tidak dapat dipungkiri di balik karakter negatif tersebut terdapat karakter positif yaitu dermawan, peduli, gemar mencoba hal-hal baru, penasaran dengan teknologi baru, berpikir praktis, dan visioner.

Karakter negatif yang dibawa peserta didik tersebut di SMK Negeri 7 Samarinda akan dikondisikan dengan memberikan materi-materi soft skill yang meliputi kemampuan komunikasi, kecerdasan sosial, kemampuan beradaptasi, dan karakteristik seseorang dalam dunia kerja. Ditambah dengan pendekatan materi P5BK diharapkan SMKN Negeri 7 Samarinda mampu membentuk dan menghasilkan lulusan yang tidak hanya handal pada sisi hard skill semata melainkan menjadi manusia seutuhnya yang mampu menyeimbangkan antara rasa, cipta, dan karsa sebagaimana tujuan pendidikan nasional.

Untuk lingkungan sosial dan budaya yang ada di sekitar SMK Negeri 7 Samarinda tidak ada budaya yang menonjol atau upacara adat yang mendominasi kegiatan sosial di masyarakat. Hal ini sangat memudahkan bagi sekolah dalam menentukan pekan efektif dan KBM yang berjalan di sekolah. Di tengah keberagaman suku dan budaya yang ada, persatuan dan kerukunan antar suku bangsa atau agama terjalin sangat erat dalam menjaga kebhinekaan sehingga isu-isu SARA dapat diredam.

Pendidik yang mengajar di SMK Negeri 7 Samarinda berjumlah 45 orang dengan rincian, pendidik yang memiliki ijazah S-1 pengampu mata pelajaran kejuruan berjumlah 14 orang dan mata pelajaran umum berjumlah 22 orang, total pendidik berijazah S-1 berjumlah 36 orang. Untuk pendidik yang memiliki ijazah S-2 dirincikan sebagai berikut, pengampu mata pelajaran kejuruan berjumlah 2 orang dan mata pelajaran umum berjumlah 7 orang, total pendidik berijazah S-2 berjumlah 9 orang.

Pendidik yang berstatus ASN berjumlah 29 orang dengan rincian, pengampu mata pelajaran kejuruan berjumlah 10 orang dan pengampu mapel umum berjumlah 19 orang. Dari 29 orang pendidik tersebut yang telah mendapatkan Sertifikat Pendidik berjumlah 23 orang. Kemudian yang memiliki sertifikat industri berjumlah 11 orang.

Untuk tenaga kependidikan berjumlah 26 orang dengan spesifikasi ijazah dapat dirincikan sebagai berikut berijazah SMA/Sederajat berjumlah 18 orang, paket C berjumlah 1 orang, berijazah D-3 berjumlah 1 orang, dan berijazah S-1 berjumlah 6 orang.

Kelebihan dari pendidik dan tenaga kependidikan di SMK Negeri 7 Samarinda adalah SDM yang cepat beradaptasi dengan penerapan teknologi pendidikan baru yang diterapkan di sekolah. Hal ini disebabkan rentang usia PTK 21—40 tahun berjumlah 38 orang (54%) dan rentang usia 41—66 tahun berjumlah 33 orang (46%) dengan data ini dapat dikatakan dari analisa usia PTK SMK Negeri 7 Samarinda dapat dikatakan masih didominasi oleh PTK yang berusia produktif.

Sarana yang dimiliki oleh SMK Negeri 7 Samarinda adalah ruang kelas 17 ruang kelas dan masih kurang 6 ruang kelas karena jumlah rombel yang ada pada saat ini berjumlah 23 rombel, sehingga KBM yang dilaksanakan masih menggunakan sistem 2 shift yaitu pagi untuk kelas XI dan XII sementara untuk siang hari kelas X. Sekolah memiliki laboratorium 3 ruang meliputi laboratorium Multimedia, TKJ dan RPL. Ruang praktik siswa untuk Desain Komunikasi Visual. Gudang Peralatan Praktik dan Perlengkapan.

Ruang Koperasi, UKS, OSIS, Unit Produksi, Mushola, perpustakaan, ruang server, studio radio, ruang BK, ruang TU, ruang Kepsek, ruang data, ruang guru umum dan kejuruan, ruang waka, ruang tamu, ruang teknisi, dan toilet siswa 8 bilik yang berfungsi dengan baik serta 2 bilik toilet untuk guru.

Prasarana yang dapat ditonjolkan pada saat ini adalah filter air minum yang dapat diminum langsung untuk warga SMK Negeri 7 Samarinda, serta prasarana lain yang ada di tiap-tiap laboratorium atau RPS yang dilampirkan pada dokumen ini.

DUDIKA yang telah melakukan MoU dengan SMK Negeri 7 Samarinda tercatat ada 6 perusahaan yaitu CV GreeNusa Komputindo, LHH Multimedia, AP Percetakan, PT Telkom, iNews Tenggarong, dan CV Jupiter yang siap untuk menerima peserta didik atau guru SMK Negeri 7 Samarinda yang hendak melaksanakan PKL atau magang guru, serta terlibat dalam musyawarah yang berkaitan dengan KBM kejuruan di sekolah.

Kemudian untuk instansi pemerintah dan DUDIKA tercatat ada 55 instansi atau DUDIKA yang siap menampung peserta didik untuk PKL. Peluang kerjasama ini nantinya akan ditindak lanjuti untuk menawarkan MoU agar menjalin kerjasama yang lebih baik lagi untuk menjadikan DUDIKA sebagai wahana belajar peserta didik, Keterlibatan DUDIKA dengan SMK Negeri 7 Samarinda adalah dalam kegiatan link and match kurikulum sekolah dengan industri yang running hari ini digunakan oleh industri untuk menjawab tantangan peserta didik SMK Negeri 7 Samarinda mampu bersaing dan siap pakai oleh DUDIKA. Pendidik yang mengampu mapel kejuruan pun tercatat 4 orang yang telah melakukan magang di industri untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kompetensi agar selalu update teknologi dan menerapkan di sekolah.